SKRIPSI disini
bukanlah SKRIPSI yang berupa tugas akhir untuk menentukan kelulusan seorang
mahasiswa dari kampus, tapi SKRIPSI disini adalah salah satu LK (Lembaga
Kemahasiswaan) di Psikologi. SKRIPSI adalah organisasi yang berdiri pertama kali di
Psikologi Universitas Diponegoro, bahkan pada waktu itu Senat Mahasiswa dan BEM
belum beridiri.
Alkisah, seorang
mahasiswa baru terheran-heran dengan suatu tulisan pada papan pengumuman di
sebuah program studi (prodi). Bagaimana tidak, prodi yang baru berdiri pada
tahun 1996 dan baru memiliki dua angkatan tersebut, mahasiswanya telah mulai
ngurusin masalah skripsi. Hebat! Pikirnya, namun ternyata tulisan skripsi yang
dibacanya, bukanlah skripsi sebagai tugas akhir kesarjanaan tapi merupakan
salah satu organisasi intra kampus yang bergerak di bidang kerohanian.
Apa sih alasan
atau filosofi dari nama tersebut? Dan siapa-siapa saja pelaku sejarah yang
melatarbelakangi terciptanya nama Skripsi? Lalu, sejak kapan Skripsi
”dideklarasikan” serta kemana arah atau tujuan yang ingin dicapai Skripsi
sebagai sebuah organisasi?
Skripsi yang
merupakan singkatan dari Sie Kerohanian Islam Psikologi, terlahir dari
keinginan dan asa dari beberapa orang generasi awal psikologi akan adanya suatu
organisasi yang dapat mewadahi kerinduan akan suasana kampus yang ”hijau”
(memiliki nilai-nilai Islami). Berhubung saat itu, di kampus psikologi belum
memiliki keorganisasian intra kampus yang bergerak di kerohanian (Islam), maka
disusunlah rencana untuk membentuk suatu organisasi kemahasiswaan di psikologi
yang memiliki visi dan misi keislaman. Setelah membulatkan tekad untuk
membentuk organisasi tersebut, muncul masalah untuk memberikan nama apa yang
tepat. Akhirnya, disepakati bahwa nama yang akan digunakan adalah Skripsi.
Saat itu,
organisasi-organisasi kemahasiswaan intra kampus yang bersifat keislaman,
umumnya menggunakan nama Rohis (rohani keislaman) kemudian diikuti oleh nama
fakultas atau jurusan. Contoh, Rohis Teknik, Rohis Peternakan, Rohis MIPA dan
sebagainya. Adanya suatu kepakeman dalam pemberian nama dan terlihat
kecenderungan untuk tidak ingin ”bereksperimen” dalam dunia kata. Disinilah
nama Skripsi menemukan momentumnya. Nama Skripsi pada saat itu, merupakan nama
yang keluar dari kebiasaan pemberian nama-nama organisasi sejenis. Oleh
karenanya, pemberian nama Skripsi dimaksudkan untuk dua tujuan. Pertama,
keinginan untuk menciptakan suatu nama yang menarik. Dalam ranah psikometri,
dikenal istilah validitas tampang (face validity), yaitu daya tarik awal dari
sesuatu hal yang lahir dari apa yang tampak, atau secara
sederhananya, sesuatu dilihat dan
dianggap menarik karena tampilan bentuk atau wujudnya, dan nama merupakan salah
satu aspeknya. Nama Skripsi dapat dikatakan memiliki validitas tampang yang
baik karena selain unik (di luar kebiasaan saat itu) juga menarik (karena
identik dengan tugas akhir kesarjanaan). Diharapkan dengan nama yang menarik,
Skripsi akan mampu menjaring ”rasa keingintahuan” akan apa dan siapa itu
Skripsi. Kedua, keinginan untuk terlepas dari kepakeman dari suatu kebiasaan
yang akibat lebih jauhnya akan mengakibatkan kejumudan dalam pola pikir dan
dimensi praksis keorganisasian. Kedua tujuan tersebut, pada akhirnya mengarah
pada suatu filosofi yang coba dibangun, yaitu nilai kreatifitas dalam berdakwah
yang tidak harus selalu terkekang oleh aturan yang sebenarnya bukanlah
merupakan prinsip. Slogan yang diusung tercermin dalam kata menembus batas
(pada awal kepengurusan), yang menyiratkan bahwa nuansa dakwah dalam tingkat
praksisnya harus dapat fleksibel dalam melihat dan meninjau tuntutan zamannya.
Skripsi dalam menjalankan aktifitasnya mampu untuk berbaur dengan sasaran
dakwahnya dan tetap mampu mewarnainya. Sayyid Quthb menyatakan dengan indahnya
dalam ungkapan: ”menyatu tapi tidak melebur, berbeda tapi tidak bertentangan”.
Skripsi sebagai
sebuah organisasi, hingga saat ini, telah memiliki 18 kepengurusan yang dimulai
dari kepengurusan awal (1997) hingga sekarang (2015). Masa 18 tahun jika
dilihat dari rentang dakwah, memang masih terbilang ”hijau” atau masih dalam
masa anak-anak yang seringkali bertindak lebih didasari oleh prinsip trial and
error. Namun, masa tersebut juga memungkinkan untuk menggali berbagai macam
bentuk nilai-nilai yang dapat mengakselarasikan kedewasaan dalam bersikap dan
berperilaku.
Seorang bijak
pernah mengatakan bahwa salah satu kesalahan terbesar yang dilakukan oleh umat
manusia adalah tidak pernah belajar dari sejarah. Pernyataan ini setidaknya
memberikan suatu isyarat bahwa bila sejarah skripsi, hanya sekedar
catatan-catatan yang kering makna, maka sama saja, kita telah mengamini
perkataan dari orang bijak tersebut.
Semenjak
kepengurusan awal Skripsi hingga sekarang, jika ditelaah dan dicermati dengan
seksama, akan dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai bahan dasar dalam melihat
akan arah atau tujuan yang hendak dicapai. Setiap masa kepengurusan memiliki
nilai plus minus yang merupakan implikasi dari tuntutan masanya yang berbeda dan
memang harus terbedakan. Masa-masa tersebut akan dapat memberikan kontribusi
yang positif ketika ia diletakkan sebagai wadah introspeksi. Bahwa tujuan akhir
yang hendak dicapai adalah menggapai visi sebagai seorang abdi dan khalifah
dengan Skripsi sebagai ladang pengejawantahannya, terutama di Psikologi.
Aktualisasi yang terkonkretkan dalam bentuk program-program kerja di setiap
kepengurusan, didasari oleh perpaduan yang seimbang antara aspek kognisi dan
afeksi yang bersumberkan pada dimensi akal dan wahyu.
Kepengurusan
1997 hingga 1998, titik tekannya lebih kepada menanggapi kebutuhan akan
solidasi internal dan pembentukan karakter individu yang teruji. Kepengurusan
1999 hingga 2004, fokus kerjanya diarahkan pada penyebaran nilai-nilai dakwah
yang lintas organisasi (intra maupun ekstra). Kepengurusan 2005 hingga
sekarang, penekanannya lebih kepada menampilkan wajah Skripsi yang inklusif dan
program kerja yang bervariatif serta kreatif.
1997-1998
(Ka.Skripsi: Hariyatman, Ka.Annisa: Arin)
1998-1999
(Ka.Skripsi: Singgih, Ka.Annisa: Rohmah)
1999-2000
(Ka.Skripsi: Hariyatman, Ka.Annisa: Silmi)
2000-2001
(Ka.Skripsi: Joko, Ka.Annisa: Mekar)
2001-2002
(Ka.Skripsi: Farid, Ka.Annisa: Rita)
2002-2003
(Ka.Skripsi: Hendri, Ka.Annisa: Masqi)
2003-2004
(Ka.Skripsi: Didik, Ka.Annisa: Ria)
2004-2005
(Ka.Skripsi: Raka Manggala,
Ka.Annisa: Luluk Jamaliyah)
2005-2006
(Ka.Skripsi: Imron Hamzah, Ka.Annisa:
Yanfika)
2006-2007
(Ka.Skripsi: Sarwadiyanto, Sekum: Dewi
Puji).
2007-2008
(Ka. Skripsi: Imam Faisal, Sekjen: B. Ganda)
2008-2009
(Ka. Skiripsi: Aditya Tjipta, Sekjen:
Nur Fitriyani)
2009-2010
(Ka. Skiripsi: Indra, Sekjen: ...)
2010-2011
(Ka. Skiripsi: Sahid, Sekjen: Dwieta)
2012-2013 (Ka. Skiripsi: Andri, Sekjen: Vera)
2013-2014 (Ka. Skiripsi: Nasrudin, Sekjen: Ayu)
2014-2015 (Ka. Skripsi: Amad Saptono, Wakil: Mulyono)
2015-2016 (Ka. Skripsi:
Hammad Zahid, Sekjen: Fiqhunnisa
0 komentar:
Posting Komentar