Only to you Skripsier

.

.

Sabtu, 06 Desember 2014

SKRIPSI disini bukanlah SKRIPSI yang berupa tugas akhir untuk menentukan kelulusan seorang mahasiswa dari kampus, tapi SKRIPSI disini adalah salah satu LK (Lembaga Kemahasiswaan) di Psikologi. SKRIPSI adalah organisasi yang berdiri pertama kali di Psikologi Universitas Diponegoro, bahkan pada waktu itu Senat Mahasiswa dan BEM belum beridiri.

Alkisah, seorang mahasiswa baru terheran-heran dengan suatu tulisan pada papan pengumuman di sebuah program studi (prodi). Bagaimana tidak, prodi yang baru berdiri pada tahun 1996 dan baru memiliki dua angkatan tersebut, mahasiswanya telah mulai ngurusin masalah skripsi. Hebat! Pikirnya, namun ternyata tulisan skripsi yang dibacanya, bukanlah skripsi sebagai tugas akhir kesarjanaan tapi merupakan salah satu organisasi intra kampus yang bergerak di bidang kerohanian.

Apa sih alasan atau filosofi dari nama tersebut? Dan siapa-siapa saja pelaku sejarah yang melatarbelakangi terciptanya nama Skripsi? Lalu, sejak kapan Skripsi ”dideklarasikan” serta kemana arah atau tujuan yang ingin dicapai Skripsi sebagai sebuah organisasi?

Skripsi yang merupakan singkatan dari Sie Kerohanian Islam Psikologi, terlahir dari keinginan dan asa dari beberapa orang generasi awal psikologi akan adanya suatu organisasi yang dapat mewadahi kerinduan akan suasana kampus yang ”hijau” (memiliki nilai-nilai Islami). Berhubung saat itu, di kampus psikologi belum memiliki keorganisasian intra kampus yang bergerak di kerohanian (Islam), maka disusunlah rencana untuk membentuk suatu organisasi kemahasiswaan di psikologi yang memiliki visi dan misi keislaman. Setelah membulatkan tekad untuk membentuk organisasi tersebut, muncul masalah untuk memberikan nama apa yang tepat. Akhirnya, disepakati bahwa nama yang akan digunakan adalah Skripsi.

Saat itu, organisasi-organisasi kemahasiswaan intra kampus yang bersifat keislaman, umumnya menggunakan nama Rohis (rohani keislaman) kemudian diikuti oleh nama fakultas atau jurusan. Contoh, Rohis Teknik, Rohis Peternakan, Rohis MIPA dan sebagainya. Adanya suatu kepakeman dalam pemberian nama dan terlihat kecenderungan untuk tidak ingin ”bereksperimen” dalam dunia kata. Disinilah nama Skripsi menemukan momentumnya. Nama Skripsi pada saat itu, merupakan nama yang keluar dari kebiasaan pemberian nama-nama organisasi sejenis. Oleh karenanya, pemberian nama Skripsi dimaksudkan untuk dua tujuan. Pertama, keinginan untuk menciptakan suatu nama yang menarik. Dalam ranah psikometri, dikenal istilah validitas tampang (face validity), yaitu daya tarik awal dari sesuatu hal yang lahir dari apa yang tampak, atau secara
sederhananya, sesuatu dilihat dan dianggap menarik karena tampilan bentuk atau wujudnya, dan nama merupakan salah satu aspeknya. Nama Skripsi dapat dikatakan memiliki validitas tampang yang baik karena selain unik (di luar kebiasaan saat itu) juga menarik (karena identik dengan tugas akhir kesarjanaan). Diharapkan dengan nama yang menarik, Skripsi akan mampu menjaring ”rasa keingintahuan” akan apa dan siapa itu Skripsi. Kedua, keinginan untuk terlepas dari kepakeman dari suatu kebiasaan yang akibat lebih jauhnya akan mengakibatkan kejumudan dalam pola pikir dan dimensi praksis keorganisasian. Kedua tujuan tersebut, pada akhirnya mengarah pada suatu filosofi yang coba dibangun, yaitu nilai kreatifitas dalam berdakwah yang tidak harus selalu terkekang oleh aturan yang sebenarnya bukanlah merupakan prinsip. Slogan yang diusung tercermin dalam kata menembus batas (pada awal kepengurusan), yang menyiratkan bahwa nuansa dakwah dalam tingkat praksisnya harus dapat fleksibel dalam melihat dan meninjau tuntutan zamannya. Skripsi dalam menjalankan aktifitasnya mampu untuk berbaur dengan sasaran dakwahnya dan tetap mampu mewarnainya. Sayyid Quthb menyatakan dengan indahnya dalam ungkapan: ”menyatu tapi tidak melebur, berbeda tapi tidak bertentangan”.

Skripsi sebagai sebuah organisasi, hingga saat ini, telah memiliki 18 kepengurusan yang dimulai dari kepengurusan awal (1997) hingga sekarang (2015). Masa 18 tahun jika dilihat dari rentang dakwah, memang masih terbilang ”hijau” atau masih dalam masa anak-anak yang seringkali bertindak lebih didasari oleh prinsip trial and error. Namun, masa tersebut juga memungkinkan untuk menggali berbagai macam bentuk nilai-nilai yang dapat mengakselarasikan kedewasaan dalam bersikap dan berperilaku.

Seorang bijak pernah mengatakan bahwa salah satu kesalahan terbesar yang dilakukan oleh umat manusia adalah tidak pernah belajar dari sejarah. Pernyataan ini setidaknya memberikan suatu isyarat bahwa bila sejarah skripsi, hanya sekedar catatan-catatan yang kering makna, maka sama saja, kita telah mengamini perkataan dari orang bijak tersebut.

Semenjak kepengurusan awal Skripsi hingga sekarang, jika ditelaah dan dicermati dengan seksama, akan dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai bahan dasar dalam melihat akan arah atau tujuan yang hendak dicapai. Setiap masa kepengurusan memiliki nilai plus minus yang merupakan implikasi dari tuntutan masanya yang berbeda dan memang harus terbedakan. Masa-masa tersebut akan dapat memberikan kontribusi yang positif ketika ia diletakkan sebagai wadah introspeksi. Bahwa tujuan akhir yang hendak dicapai adalah menggapai visi sebagai seorang abdi dan khalifah dengan Skripsi sebagai ladang pengejawantahannya, terutama di Psikologi. Aktualisasi yang terkonkretkan dalam bentuk program-program kerja di setiap kepengurusan, didasari oleh perpaduan yang seimbang antara aspek kognisi dan afeksi yang bersumberkan pada dimensi akal dan wahyu.


Kepengurusan 1997 hingga 1998, titik tekannya lebih kepada menanggapi kebutuhan akan solidasi internal dan pembentukan karakter individu yang teruji. Kepengurusan 1999 hingga 2004, fokus kerjanya diarahkan pada penyebaran nilai-nilai dakwah yang lintas organisasi (intra maupun ekstra). Kepengurusan 2005 hingga sekarang, penekanannya lebih kepada menampilkan wajah Skripsi yang inklusif dan program kerja yang bervariatif serta kreatif.

1997-1998 (Ka.Skripsi: Hariyatman, Ka.Annisa: Arin)
1998-1999 (Ka.Skripsi: Singgih, Ka.Annisa: Rohmah)
1999-2000 (Ka.Skripsi: Hariyatman, Ka.Annisa: Silmi)
2000-2001 (Ka.Skripsi: Joko, Ka.Annisa: Mekar)
2001-2002 (Ka.Skripsi: Farid, Ka.Annisa: Rita)
2002-2003 (Ka.Skripsi: Hendri, Ka.Annisa: Masqi)
2003-2004 (Ka.Skripsi: Didik, Ka.Annisa: Ria)
2004-2005 (Ka.Skripsi: Raka Manggala, Ka.Annisa: Luluk Jamaliyah)
2005-2006 (Ka.Skripsi: Imron Hamzah, Ka.Annisa: Yanfika)
2006-2007 (Ka.Skripsi: Sarwadiyanto, Sekum: Dewi Puji).
2007-2008 (Ka. Skripsi: Imam Faisal, Sekjen: B. Ganda)
2008-2009 (Ka. Skiripsi: Aditya Tjipta, Sekjen: Nur Fitriyani)
2009-2010 (Ka. Skiripsi: Indra, Sekjen: ...)
2010-2011 (Ka. Skiripsi: Sahid, Sekjen: Dwieta)
2012-2013 (Ka. Skiripsi: Andri, Sekjen: Vera)
2013-2014 (Ka. Skiripsi: Nasrudin, Sekjen: Ayu)
2014-2015 (Ka. Skripsi: Amad Saptono, Wakil: Mulyono)
2015-2016 (Ka. Skripsi: Hammad Zahid, Sekjen: Fiqhunnisa


Sebaik baiknya manusia adalah yang bisa bermanfaat bagi orang lain #MenyentuhHatiDenganHati

0 komentar:

Posting Komentar